Belalang adalah serangga herbivora
dari subordo Caelifera dalam ordo Orthoptera. Belalang termasuk salah
satu dari dua hewan yang apabila telah terlebih dahulu mati dihalalkan
untuk dimakan, bersama ikan. Belalang termasuk dalam binatang yang
dikecualikan oleh syariat Islam dari kategori bangkai. Binatang ini
halal sebagaimana terdapat dalil dari hadits Nabi SAW.
أُحِلَّتْ لَنَا مَيْتَتَانِ وَدَمَانِ فَأَمَّا الْمَيْتَتَانِ
فَالْحُوتُ وَالْجَرَادُ وَأَمَّا الدَّمَانِ فَالْكَبِدُ وَالطِّحَالُ
“Kami dihalalkan dua bangkai dan darah. Adapun dua bangkai
tersebut adalah ikan dan belalang. Sedangkan dua darah tersebut adalah
hati dan limpa.” (HR. Ahmad 2:97 dan Ibnu Majah no. 3314. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Diriwayatkan dari sahabat Abdullah bin Abi Aufaz bahwa ia berkata,
غَزَوْنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ سَبْعَ غَزَوَاتٍ نَأْكُلُ الْجَرَادَ
“Kami berperang bersama Rasulullah dan dalam tujuh kali peperangan, kami makan belalang.” (HR. Muslim no. 1952).
Belalang jika mati dengan sendirinya, sudahlah halal sehingga tidak butuh penyembelihan khusus karena bangkainya saja suci.
Imam Nawawi berkata,
ويحل السمك والجراد من غير ذكاة
“Ikan dan belalang itu halal dimakan walau tidak lewat proses penyembelihan.” Lalu beliau rahimahullah berkata,
“Dan tidak mungkin berdasarkan kebiasaan untuk menyembelih ikan dan
belalang, maka penyembelihan keduanya tidak diperlukan.” (Al Majmu’, 9:
72)
Bila ditilik lebih lanjut ternyata kandungan protein pada tepung belalang Oxya sp. adalah 73.9% 20 g sampel. Sedangkan tepung belalang Valanga sp. mengandung protein sebesar 77.5% per 20 g sampel (Sawal et al. 2004).
Selain itu, penelitian Sutrisno Koswara seorang Staf pengajar Ilmu dan
teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor menunjukkan bahwa kandungan
protein pada belalang adalah 40% sampai 60% dan kandungan lemak 10%
sampai 15% per gram (Koswara 1999). Kandungan tersebut cukup tinggi bila
dibandingkan dengan kandungan protein pada makanan berprotein lain
seperti udang segar (21%), daging sapi (18,8%), daging ayam (18,2%),
telur ayam (12,8%), dan susu segar sapi yang hanya (3,2%) kandungan
proteinnya (Eddy 2006).
Di Indonesia tepatnya di Kecamatan Wonosari, Gunungkidul, Daerah
Istimewa Yogyakarta belalang merupakan makanan khas yang biasa di
konsumsi. Selain di Gunungkidul, daerah lain di Indonesia yang biasa
mengonsumsi belalang sebagai makanan sehari-hari adalah Pacitan,
Wonogiri, Klaten,dan Nusa Tenggara (Anonim 2011).
Belalang tidak hanya diolah sebagai makanan yang digoreng atau
dibacem, tetapi bisa juga menjadi mie. Mie belalang yang diolah oleh
mahasiswa Fakultas MIPA dan Fakultas Ilmu Sosial Ekonomi Universitas
Negeri Yogyakarta (UNY) tersebut merupakan mie basah yang disajikan
seperti mie ayam maupun mie basah lainnya (Lena 2010). Selain itu,
Sawal et al. (2004) mengolah tepung belalang menjadi gorengan (rempeyek) dan kuliner yang tidak asing di lidah orang Indonesia yaitu bakso.
Di Ethiopia, belalang ditumbuk dan direbus dengan susu, atau
dikeringkan dan digiling menjadi tepung. Tepung belalang ini kemudian
dicampur dengan minyak sayur dan dipanggang sehingga menghasilkan
makanan sejenis cake (Koswara 1999). Sedangkan di belahan dunia lain
yaitu di Thailand, Mexico, Uganda dan beberapa negara Afrika dan Timur
Tengah belalang biasa dimakan sebagai snack (Anonim 2011). Di Zimbabwe,
belalang yang telah direbus kemudian dikeringkan. Belalang tersebut lalu
dimasak dengan bawang merah, tomat dan hancuran kacang tanah berbumbu
(Koswara 1999). Sementara itu, di Australia tepatnya di Victoria
belalang disajikan sebagai menu yang sangat unik yaitu disajikan dalam
bentuk pizza (Anonim 2011).
sumber
0 komentar:
Posting Komentar